




Pameran Fotografi Karya Mahasiswa Semester 3 2024-2025, Kelas Dasar-dasar Fotografi, program studi ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Pakuan.
Pameran Fotografi Karya Mahasiswa Semester 3 2024-2025, Kelas Dasar-dasar Fotografi, program studi ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Pakuan.
Berdasarkan penggalian data, kekerasan seksual yang terjadi di pondok pesantren terbagi menjadi dua kategori besar, yakni kekerasan secara fisik dan kekerasan secara psikologis. Kekerasan secara fisik terdiri dari prilaku mendorong atau menarik-narik fisik korban, mengintip, kemudian melakukan ajakan terselubung, dan usil. Sementara kekerasan yang mengancam aspek psikologis diantaranya, dikucilkan, dibuntuti, bully atau perundungan, cat calling, dan diraba atau groping.
Prilaku yang menimbulkan dampak rasa was was atau cemas adalah tindakan dorong-dorong atau tarik-tarik, kemudian usil, dikucilkan, cat calling, dan diraba. Untuk dampak trust issue ditimbulkan oleh tindakan dorong-dorong, ajakan terselubung, dikucilkan, dan diraba. Pada dampak trauma, ditimbulkan oleh tindakan dorong-dorong, diintip saat mandi, ajakan terselubung, dikucilkan, dibuntuti, bully atau perundungan, cat calling, dan diraba. Pada dampak toxic ditimbulkan oleh tindakan dorong-dorong, dikucilkan, dan cat calling. Dampak tidak percaya diri, ditimbulkan oleh tindakan ajakan terselubung, diusilin, dikucilkan, bully atau perundungan, dan diraba.
Berdasarkan tindakan-tindakan kekerasan seksual kemudian memberikan dampak signifikan pada korban, dan akhirnya korban memilih sikap keluar dari pondok pesantren atau pura-pura melupakan kejadian tersebut. Korban yang memilih keluar dari pondok pesantren umumnya terjadi karena memiliki perasaan was was, trauma, tidak percaya diri, dan tidak merasa baik-baik saja. Sementara korban yang memilih sikap pura-pura melupakan kejadian, terjadi karena rasa was-was, trust issue, trauma, toxic, dan tidak merasa baik-baik saja.
Peneliti:
Dr. Dwi Rini Sovia Firdaus, M.Comn.
Dr. Feri Ferdinan Alamsyah, M.I.Kom.
Ahsani Taqwim Aminuddin, M.I.Kom.
Valianty Sariswara, M.I.Kom.
Nadia Ismi Soleha, S.I.Kom.
Model Komunikasi Kelompok Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Kelas 1 Depok
Kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan berbagi atau sharing yang sifatnya lebih informal dan dilakukan secara kelompok. Pelatihan informal ditujukan agar kegiatan dapat memberikan hiburan yang dapat mengurangi tingkat stress WBP saat menjalani masa hukuman. Di sela-sela kegiatan, terkadang WBP diakomodasi untuk berbagi pengalaman mereka seperti konseling pada psikolog. Namun, meski dilaksanakan informal, nuansa pelatihan tetap merujuk pada tujuan pengembangan kemandirian dan karakter WBP. Kegiatan pelatihan terbangun atas kerja sama pihak rutan kelas 1 Depok dan pihak eksternal