Fotografi dari Kamera HP #11 (end)

Waktunya Motret

Akhirnya, kita di babak akhir… nah, di seri terakhir saya coba simpulkan beberapa langkah dalam fotografi ringan untuk terapi.

1. Fotografi adalah kegiatan yang menyenangkan, oleh sebab itu, kamu harus pastikan fotografi adalah kegiatan pelepas penat. Jangan serius-serius… santai saja.

2. Agar fotografi lebih menyenangkan, setting kamera kamu ke mode otomatis, biar ga banyak pikiran menentukan kecepatan shutter dan lain-lain. Masa bodoh manual, pake otomatis saja, lebih asyik.

3. Jangan lupa untuk selalu membawa kamera kamu, kemana pun kamu pergi.

4. Gunakan kamera kecil dan portable saja, biar mudah dibawa-bawa dan muat di saku celana.

5. Jangan pernah malas menggunakan kamera, dimanapun kamu berada, potret setiap pemandangan yang menurut kamu indah.

6. Untuk lebih memudahkan, set ikon aplikasi kamera di “home” hp kamu. Jadi begitu ada yang menarik, angkat kamera kamu dan klik langsung app kamera kamu.

7. Selalu siaga dan hati-hati sama copet.

8. Pastikan batere kamera selalu penuh.

9. Bawalah power bank buat kamu yang menggunakan kamera hp.

10. Perbanyak referensi foto dari berbagai sumber, internet, majalah, koran, iklan, baligo dan lain-lain.

11. Review dan jangan malu-malu mengunggah foto kamu di media sosial.

12. Kalau bisa, ikutan lomba fotografi.

Nah, kurang lebih seperti itu, sekarang saya kasih kamu beberapa contoh hasil foto-foto saya. Selamat menikmati.

001. Pantau KRL

 002. Monas Invantion

003. Banjir

 004. Imlek

005. Merdeka atau mati

 006. Sunset

007. Flower city

 008. Panen

009. Beos

 010. Dilarang kencing

 011. Melawan atau miskin

 012. Ritual

 013. Peluk

 014. hormat

Fotografi dari Kamera HP #9

Elemen Garis dalam Komposisi Fotografi

Setelah mengaplikasikan teori aturan tiga ruang atau rule of third, sekarang mari kita pelajari sedikit elemen garis yang bisa diaplikasikan dalam fotografi kamu. Dalam mengaplikasikan elemen garis ini, hal yang harus kamu latih adalah kepekaan melihat garis dalam setiap objek fotografi yang kamu potret.

Ada beberapa beberapa jenis garis yang bisa kamu cermati, garis lurus baik horizontal atau mendatar dan vertikal atau meninggi. Ada pula garis diagonal baik yang miring ke kiri maupun miring ke kanan. Kemudian, garis yang spesial, seperti garis melengkung.

Saya kira dengan mengenal keempat jenis garis ini, kamu bisa ikuti dengan sangat mudah. Seperti apa caranya?

Elemen yang pertama adalah garis vertikal. Garis seperti ini bisa kamu temukan hampir di semua bangunan. Yang paling sederhana menemukan elemen garis ini misalnya pada tiang-tiang penyangga bangunan.

Seperti pada tiang penyangga kanopi yang ada di peron stasiun, kalau kita deretkan dan dibuat seolah-olah mempunyai ukuran yang berbeda, dari besar hingga kecil, jadi bisa lebih asyik ya. Atau bisa juga garis yang terdapat pada pintu kereta.

Bisa juga pada pilar-pilar sebuah gedung, dipadu-padankan dengan elemen cahaya misalnya, membuat foto garis tersebut terlihat menjadi aksen yang asyik pula. Di potret dari bawah, tambah lagi karakter pilar tersebut terlihat seperti berwibawa, kokoh dan agung.

Selain secara vertikal atau lurus, elemen garis bisa kita temukan secara mendatar atau horizontal. Garis seperti ini biasanya kita temukan pada foto dengan format lansekap, seperti foto pemandangan. Foto laut misalnya, ketika kita memotret matahari terbit atau tenggelam, di antara matahari yang menjadi objek foto, kita akan melihat batas antara laut dan udara seolah-olah dipisahkan satu garis lurus mendatar.

Saya mencontohkan dengan objek yang berbeda, saya ambil di dalam pesawat. Di bangku bagian belakang, biasanya kita bisa menjadikan sayap pesawat menjadi aksen atau malah objek yang asyik, sehingga foto terlihat semakin lengkap. Kembali ke soal garis horizontal, di sini kamu bisa melihat seolah-olah ada garis pembatas mendatar yang memisahkan antara langit yang biru dengan gumpalan awan-awan yang menguning karena terpaan matahari sore. Lumayan la ya, bisa tergambar bagaimana memanfaatkan garis mendatar pada fotografi.

Pada landasan pacu pesawat ini pula bisa kita lihat adanya garis horizontal yang melintang seolah-olah membatasi antara daratan dengan langit.

Garis selanjutnya adalah garis diagonal, garis ini bisa kita temui pada tanjakan tol atau tugu dengan arsitektur diagonal seperti tugu dirgantara di wilayah pancoran Jakarta.

Kita juga bisa buat sendiri dengan membuat garis diagonal yang sesungguhnya garis lurus. Seperti pada kabel listrik ini misalnya, sebetulnya dia bisa kita tentukan mau lurus atau miring.

Nah, si kabel listrik ini mempunyai karakter yang lurus, namun karena menurut saya lebih bagus jika terlihat diagonal, maka seperti ini lah hasilnya.

Selanjutnya adalah garis melengkung, garis seperti ini bisa kita temukan di lintasan jalan tol, atau lintasan sirkuit balap yang biasanya jarak pemisah antara jalur utama dengan pinggiran itu dipisahkan secara tegas oleh garis nyata.

Saya kira fotografer-fotografer balapan di semua tipe lintasan balap, garis melengkung selalu menghiasi foto-foto dahsyat mereka. Misalnya ketika Valentino Rossi menyalip Dani Pedrosa di tikungan, nah aspek lengkungan pasti menghiasi aksi mereka.

Agak susah sepertinya di Indonesia mencari arena balap yang legendaris, tapi kita bisa siasati dengan melatih naluri fotografi kita dari hal-hal yang sederhana, seperti balapan radio control ini misalnya, biasanya di mal-mal terdekat kamu juga pasti ada, tinggal ikuti saja jadwalnya dan cari tahu di komunitas-komunitas.

Garis melengkung tidak hanya bisa kita temukan dari lintasan balap. Ingat naluri menangkap garis dalam fotografi tidak melulu adanya garis tegas, tapi juga kita bisa dapatkan dari kehidupan nyata dengan mengaplikasikan garis imajiner atau garis khayalan dalam foto kita.

Seperti foto suasana di Bundaran Hotel Indonesia ini misalnya, kira-kira garis apa saja yang bisa kita lihat di dalam foto ini? Kalau kamu melihat ada garis lurus vertikal, garis horizontal saja berarti kamu kurang peka. Lihatlah lebih dalam, cahaya dari mobil-mobil di foto ini membentuk garis melengkung yang disebabkan mobil-mobil tersebut mengikuti alur melingkar dari bentuk Bundaran HI. Jadi, garis-garis dalam foto bisa kita dapat dengan mengembangkan daya imajinasi kita.

Nah, bagaimana, sudah bertambah lagi konsep pembuatan foto yang sesuai dengan keinginan kamu? ya walaupun sedikit, paling tidak bisa menambah pengetahuan ya, dan yang paling penting bisa menambah semangat kamu memotret ya.

Fotografi dari Kamera HP #10

Eksperimen Saat Jalan Pulang

Untuk tulisan sekarang, saya ingin mendorong kepekaan kamu dalam melakukan fotografi. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kalau memotret tidak melulu harus di tempat-tempat indah. Di tempa-tempat yang rutin kita tempati atau kunjungi juga dapat memberikan suasa berbeda di foto kamu.

Nah, berikut ini saya akan ajak kamu untuk merespon jalan pulang, baik pulang dari kantor, dari kampus atau dari sekolah. Bisa juga pulang dari rumah saudara atau sepulang belanja di pasar, mau tradisional atau modern pada dasarnya mempunyai karakter yang mirip.

Saya akan contohkan beberapa foto hasil potretan saya ketika dalam perjalanan pulang dari kantor. Pertama-tama yang harus kamu perhatikan tentu saja hati-hati saat mengeluarkan kamera kamu, karena di perjalanan, terutama di Jakarta mesti ekstra hati-hati sama tangan jahil pencopet. Rese banget deh kalau udah kecopetan, jadi hati-hati ya. Dan, yang paling penting, jangan sampai lupa batre kamera mesti terisi, sayang aja ketika melihat suasana yang cantik tak bisa dipotret karena abis batre, apes itu namanya.

Rute perjalanan saya dari kantor menuju rumah, saya selalu di arah jalan Thamrin ke arah stasiun Sudirman, atau bisa juga melalui jalan Kebon Sirih menuju stasiun Gondangdia. Kita lihat ada apa aja ya?

Sebelum pulang, saya sesekali suka nongkrong di tempat parkir kantor sore-sore, wah ternyata langit sedang sangat aduhay. Tak berpikir lama, saya langsung keluarkan kamera hp, ambil lansekap gedung-gedung perkantoran dengan latar belakang langit biru. Lumayan bikin puas deh.

Jalan pulang ke arah stasiun Gondangdia, ada beberapa ruas jalan yang di dalamnya sedang melakukan proyek pembangunan sebuah gedung. Pas mampir, saya tepat berada di bawah gedung tersebut, begitu melihat ke atas, wah terlihat menarik, ini jenisnya seperti foto repetisi atau pengulangan bidang awal sampai akhir, bisa kita lihat kontstruksi lantai pertama hingga ke atas nyaris mirip konstruksinya. Ditambah dengan crane yang berada di depannya, membuat pemandangan jadi lebih unik, sayang buat dilewatkan ya?

Sesampai di Gondangdia, sambil duduk saya melihat ke arah jam 12, awalnya cuma iseng-iseng motret karena ga ada yang bisa dikerjakan selama nunggu kereta datang. Setelah motret langsung diedit di instagram, walhasil jadi seperti ini.

Kesorean di Gondangdia akhirnya gelap juga, karena stasiun berada di lantai 3 atau 4, jadi kita bisa melihat ke bawah. Ini juga pemandangan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Tanpa pikir panjang, jepret lagi.

Nah, itu kalau saya lewat jalur kebon sirih, kalau saya lewat Thamrin ke stasiun Sudirman, pasti saya lewat Bundaran HI. Tempat ini memang pusat kota yang selalu dijadikan objek foto bagi semua kalangan fotografer. Saya yakin 99 persen di antara kamu yang pernah mengunjungi Bundaran HI pasti pernah motret tempat ini.

Di tempat ini, ada banyak spot yang bisa kita gunakan untuk mengambil foto, misalnya jembatan darurat yang dibuat untuk antisipasi penyebrang dari arah Plaza Indonesia ke arah Wisma Nusantara atau sebaliknya.

Dikatakan darurat, karena sebelumnya jembatan berdiri tepat di atas Halte Plaza Indonesia, jadi sementara dipindahkan karena sedang ada pembangunan jalur MRT di Jakarta.

Dari Jembatan ini, kita bisa melihat muka Bundaran HI dari atas, ini juga kerap digunakan fotografer-fotografer untuk mengabadikan Bundaran HI. Tapi saya melaihat ke arah lain, yakni kesibukan para pekerja proyek pembangunan jalur MRT. Ditambah aksen lampu-lampu dari kendaraan yang tengah macet.

Jika beruntung, kamu akan melihat kegiatan-kegiatan dadakan yang digelar di Bundaran HI. Saat itu saya bertemu dengan komunitas yang peduli dengan buruh migran. Mereka tengah berdemo, dan epik sekali karena menggunakan aksen lilin dalam aksi unjuk rasa mereka. Beruntung sekali deh.

Sampai di Stasiun, ya udah lah ambil semua kegiatan deh, apa aja yang ada langsung sikat.

Saat menunggu.

Saat dalam ruangan.

Saat transit.

dan lain-lain.. pokoknya kreatif aja merespon setiap kesempatan ya. Silahkan berkreasi saja sama kamera kamu, apapun merknya.

Fotografi dari Kamera HP #8

Antara Siluet dan Bokeh

Hari ini saya akan kasih kamu teknik memotret siluet dan bokeh. Wah, mahluk apa nih? Caranya tidak sesulit namanya ko, santai saja. Mari kita mulai dari siluet.

Untuk siluet, saya kira kemaren sempat disinggung ya. Sederhananya, bagaimana kita memotret objek tapi terlihat seperti bayangan, jadi cahaya background atau latar belakang jauh lebih terang daripada objeknya.

Nah, pertanyaannya bagaimana cara membuatnya? Karena kita menggunakan kamera dengan semua fitur yang diset otomatis, maka membuat gambar seperti ini punya tantangan tersendiri. Apabila kamu set fitur kamera secara manual sebetulnya lebih mudah. Tapi kita konsisten di otomatis saja ya.

Cara membuat siluet dengan fitur otomatis, fotografer harus mencari background dengan cahaya yang sangat terang. Kalau kurang terang, seperti ini jadinya.

Nah gagalkan? Cahaya di objeknya masih relatif terang, sehingga tekstur objeknya keliatan. Mengapa bisa begitu, kamera dengan fitur otomatis pasti diafragma, shutter speed dan isonya akan selalu menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan pada objek, oleh sebab itu objek masih terlihat terang.

Saya menggunakan objek tangan jadi biar kamu mudah mengira-ngira jaraknya ya. Nah kalau menggunakan background yang sangat terang, kamera dengan fitur otomatis pun tetep kalah. Sehingga efek siluet bisa diperoleh. Cahaya terang itu bisa dari matahari atau lampu yang terang banget, antara 40 watt ke atas. Nah seperti ini lah kira-kira.

kalau masih kurang puas, kamu bisa edit sedikit, seperti ini

Teknik selanjutnya membuat bokeh, pengertian sederhananya bokeh adalah membuat gambar background menjadi blur atau tidak fokus. Kurang lebih seperti gambar di bawah ini.

Gambar tersebut memperlihatkan perbedaan yang tegas antara objek dengan background. Perbedaan itu ditunjukkan dengan titik fokus pada objek dan backgroundnya. Objek dibuat fokus atau gambarnya jelas, sementara untuk background dibuat sengaja blur.

Lagi-lagi untuk kamera dengan fitur yang diset secara otomatis, teknik seperti ini gampang-gampang susah. Karena shutter speed, iso dan diafragma saling menyesuaikan. Untuk itu, cara yang paling mudah, pastikan cahaya pemotretan cukup terang.

Untuk mencontohkan caranya, saya gunakan barang yang ada di tempat makan ya, biar gampang mengikutinya. Gambarnya seperti ini misalnya.

Sudah kelihatan bedanya? Saya perbesar ya biar lebih jelas.

Untuk membuat seperti ini, kita harus memerhatikan beberapa hal. Pertama, pencahayaan, lalu jarak antara objek dengan background dan titik fokus sebaiknya manual.

Mari kita set dulu titik fokus pada kamera kamu, kalau pake hp atau kamera saku set titik fokus pada setingan touch focus. Mengapa harus begitu, fitur tersebut akan memudahkan kita menentukan objek utama. Seperti ini.

Gambar titik fokus..

Lalu menentukan jarak antara objek dan backgroundnya. Kurang lebih pastikan antara jarak antara objek dengan background sekitar 60 centimeter hingga 1 meter. Ini jarak ideal minimal. Di atas satu meter juga tidak apa-apa, tapi jangan di bawah 60 centimeter, karena untuk kamera otomatis yang relatif berlensa biasa agak sulit memotret dengan teknik ini.

Dengan jarak ini, memungkinkan kamera untuk membedakan objek yang difokuskan dengan yang tidak difokuskan, seperti ini hasilnya.

Nah, mudah-mudahan bisa membantu, silahkan mencoba.

Fotografi dari Kamera HP #7

Sayang untuk dilewatkan

Dalam sesi ini saya akan bahas berbagi pengalaman liburan melalui foto. Pada dasarnya berbagi pengalaman melalui foto, saat ini sudah menjadi kebiasaan kita. Punya pengalaman menarik apa, kemudian dipotret dan dikasih tau sama orang banyak. Bentuk berbagi-baginya pun macam-macam, ada yang memperlihatkan langsung pada teman atau keluarga, ada pula yang mengunggah melalui media sosial. Macam-macam, tapi maksudnya sama.

Foto yang saya maksud kali ini, bisa foto apa saja yang diambil saat liburan. Bisa foto keluarga, foto pemandangan, foto gedung berarsitektur indah, foto suasana liburan di tempat liburan atau apapun. Yang penting, foto tersebut menarik dan menurut kamu bisa dilihat dan dinikmati orang, paling tidak, bisa dinikmati orang-orang sekitar kamu.

Untuk berbagi dimanapun terutama di area publik, seperti media sosial misalnya, kamu perlu perhatikan aturan sedikit. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kita mesti hormati sedikit, bisa bahaya soalnya.

Untuk sekarang, saya akan bagi sedikit pengalaman saya waktu pulang kampung ke Bandung. Kota kecil yang dahsyat. Foto-foto ini saya ambil ketika saya mau pulang ke rumah dari arah Dago. Tak sengaja saya lewat jalur alun-alun. Wah, saya pengen santai-santai dulu deh, sambil nunggu macet. Saya parkir tepat di samping gedung asia afrika, tak jauh dari kantor pusat surat kabar pikiran rakyat.

Begitu keluar, saya langsung melihat Hotel Savoy Homan. Hotel klasik yang kerap digunakan petinggi negara saat menggelar konferensi asia afrika.

Dari Hotel Savoy lanjut ke arah alun-alun Bandung. Jalan kaki saja, jaraknya cukup dekat ko. Jalan sedikit di seberang jalan bisa kita temui museum konferensi asia afrika, di sini berderet tiang-tiang bendera. Boleh lah dipotret low angle, backgroundnya langsung langit.

Jalan lagi sedikit, kita akan temukan pintu utama gedung asia afrika. Pintunya tapi dibuka untuk acara-acara khusus saja. Namun, meski ditutup, pesonanya tetap dimanfaatkan untuk foto-foto selfie dan grup.

Berjalan lagi sedikit kita akan temukan masjid agung. Wah, kali ini arsitekturnya ada perubahan di mana-mana. Kang emil memang piaway memoles bangunan menjadi enak dipandang dan dijadikan tempat rekreasi. Di antara masjid itu diletakkan pilar mirip benteng atau gerbang masuk, cantik ya kalau dipadukan sama pilar utamanya.

Tak jauh dari situ, tepatnya sebelah masjid agung, ada pertokoan jaman dulu yang cukup bersejarah. Dibikin siluet, asyik sepertinya.

Di seberang pasar klasik ada bangunan jadul yang kini digunakan untuk kepentingan perbankan. Lupa nama gedungnya apa, tapi aduhai kalau kita potret keseluruhan. Karakter dari gedung itu memang sangat kuat. Paling cihuy kalau kita potret dari atas, kebetulan ada jembatan penyebrangan.

Di jembatan penyebrangan, diam dulu sejenak, liat kiri kanan wah ternyata ada yang asyik. Ini potret jalanan tidak biasa. Jalanan ini sangat beraejarah, inilah salah satu ruas jalan yang menjadi saksi bisu kekejaman pemerintah kolonial belanda saat jaman penjajahan. Ini adalah jalan yang menghubungkan wilayah banten hingga jawa timur, atau dikenal jg jalan anyer panarukan

Nah, asyik kan berbagi pengalaman melalui foto, mudah-mudahan tulisan ini semakin membangkitkan semangat kamu buat motret, selamat mencoba.

Fotografi dari Kamera HP #6

Soal Aturan Tiga Ruang (Rule of Third)

Sesi kali ini saya akan bahas sedikit teori untuk mendapatkan foto dengan komposisi yang asyik.

Pada dasarnya, memang hasil fotografi itu seperti karya seni lainnya, tingkat kebagusan sebuah karya sifatnya sangat subjektif, atau bergantung pada kesukaan dari fotografer dan penikmatnya. Misalnya, ada foto yang dihasilkan oleh si fotografer a dan dilihat oleh penikmat b. Menurut si b, foto dari a sangat bagus dan mempunyai nilai atau harga yang mahal. Katakanlah, b menghargai foto a dengan nominal Rp. 150 juta misalnya. Tiba-tiba ada penikmat c yang nyeletuk, ia tidak setuju dengan pandangan b yang menghargai foto a dengan nilai yang tinggi. Menurut c, foto a hanya foto biasa, baik dari ide, komposisi dan pengemasannya pun tidak menarik. C justru menyarankan a untuk membuang jauh-jauh foto karyanya itu.

Nah, dari contoh kasus tersebut, setiap orang berhak untuk mengutarakan opini mengenai suatu hal, termasuk di bidang fotografi. Teori estetika dari fotografi muncul karena adanya kesamaan bentuk atau tata letak objek dalam sebuah foto. Biasanya foto dengan objek tertentu selalu diminati misalnya, walaupun komposisinya berbeda. Namun, ada pula foto berbeda dengan komposisi yang sama atau mirip, selalu diminati, walaupun dengan menggunakan objek yang berbeda.

Jadi, teori yang akan saya sampaikan bukan berarti saklek ya. Karena foto yang bagus itu relatif, tapi apa yang saya sampaikan awalnya dari cara orang membuat atau melihat, biasanya berpegang pada prinsip ini.

Kalau kamu surfing di internet sebetulnya juga sudah banyak dibahas, di tulisan ini saya hanya menyederhanakannya saja, mudah-mudahan gampang dimengerti ya.

pertama-tama, coba perhatikan beberapa gambar di bawah ini.

Nah, foto-foto tersebut, saya ambil dengan menggunakan prinsip rule of third, atau dalam bahasa saya aturan tiga ruang. Aturan ini pada prinsipnya membagi bingkai atau frame foto menjadi tiga bagian, baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Begini maksudnya, jadi dari satu bingkai foto, kita sebagai fotografer akan membaginya menjadi sembilan bidang sama besar, yang terdiri dari campuran bidang secara horizontal (ke samping) dan bidang secara vertikal (ke atas). Misalnya foto yang ini.

Di beberapa kamera, sudah terdapat fitur rule of third ini, tinggal ke menu lalu aktifkan grid-nya. Maka fitur rule of third akan keluar.

Foto satu ini, frame-nya akan saya bagi menjadi sembilan bidang. Dengan pembagian tersebut, fotografer dapat menempatkan objek dengan baik.

Kalau kita bedah sedikit, cermati di mana fotografer menempatkan posisi objek? jawabannya objek ditempatkan agak ke kiri ya, jadi posisi objek ada di sepertiga bagian frame yang mendekati ke arah kiri, sementara untuk bagian kanannya dibiarkan di isi oleh background.

Dengan teknik aturan tiga ruang, maka bisa dilihat seperti ini. Posisi objek, tepat diperbatasan garis sebelah kiri. Nah, kesimpulannya, foto bagus pertama bisa kita ikuti dengan menggunakan teknik tiga ruang.

Mari kita lihat foto yang lain,

Kurang lebih sama ya, posisi objek ada tepat di garis yang kiri. Pertanyaan berikutnya, lalu bagaimana untuk foto yang vertikal?

Untuk foto yang vertikal pun kurang lebih mempunyai prinsip yang sama, seperti foto ini misalnya.

Sama kan, objek di foto ini juga terletak di perbatasan garis yang sebelah kiri.

Nah dengan mengetahui teknik ini, kita bisa lebih memahami komposisi atau cara meletakkan objek dengan bantuan grid aturan tiga ruang. Sebetulnya kamu tidak selalu menempatkan objek di sebelah kiri saja, namun bisa juga di garis yang kanan misalnya, tergantung selera kamu. Grid rule of third hanya berfungsi sebagai panduan sederhana saja. Keputusan terakhir menempatkan objek ada di fotografer.

Atau kamu ingin menempatkan objek di tengah-tengah misalnya, tidak masalah, selama menurut kamu objek tersebut lebih bagus jika ditempatkan di tengah, maka tidak ada yang melarang. seperti foto di bawah ini misalnya.

Objeknya adalah crane, posisinya justru di tengah kan, tapi kita sebagai orang yang melihat tidak keberatan jika objek foto itu ditempatkan di tengah. Bebas, point-nya, yang penting foto yang kita buat dapat membuat kita senang dan rileks.

Fotografi dari Kamera HP #5

Merespon Meja Makan

Salah satu hal utama yang perlu dikembangkan oleh fotografer adalah naluri mengeluarkan kamera di sejumlah kesempatan ketika menemukan objek menarik, misalnya, saat makan atau nongkrong di kafe bersama teman atau keluarga. Mengapa begitu? Bagi saya, hidangan di meja makan adalah salah satu objek menarik untuk dipotret. Saya kira, 90 persen dari kamu-kamu pasti suka motret makanan yang dihidangkan, terutama di restoran atau kafe yang asyik sebelum dinikmati rasanya. Ga percaya, coba cek media sosial kamu, path, istagram, atau facebook, pasti bakal nemu tuh satu atau dua foto soal sajian makanan atau minuman enak.

Foto makanan atau minuman yang asyik seringkali membuat kita kagum sama keindahan dekorasinya atau rasa enak dari sajian itu. Mungkin gara-gara itu, sajian kuliner selalu menjadi objek menarik untuk dipotret.

Untuk memotret kuliner sebetulnya agak gampang-gampang susah. Kalau kamu ada di restoran atau kafe yang mempunyai tata lampu yang menarik, bisa dipastikan foto-foto kuliner kamu bakal bagus. Tampilan hidangan yang juga menarik membuat hidangan itu bagus dipotret walaupun diambil dari beberapa angle, kurang lebih seperti perempuan cantik lah, mau dipotret dari arah mana pun tetep cantik. Dua hal itulah yang menurut saya, kuliner sangat mudah dipotret.

Namun, sebaliknya, kamu juga mesti berhati-hati jika restoran yang kamu kunjungi tata lampunya kurang mendukung. Akan sangat sulit sekali memotret kuliner menjadi lebih bagus, apalagi ditambah dekorasi kulinernya kurang menarik.

Saya coba kasih beberapa referensi foto kuliner yang saya ambil beberapa waktu lalu. Saya akan mulai dari makanannya dulu. Makanan pertama adalah, sop ikan sabang, ini diambil dari restoran kopi oey yang berlokasi di jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Lihat di bagian tengah, ada sayuran yang membentuk karakter hati, menurut saya sih unik. Saya tertarik sama bentuknya yang menggugah selera, kuah panas dengan campuran nanas yang dicampur dengan rasa pedas dari cabe rawit. Rasanya sedahsyat tampilannya, enak dan membuat badan segar. Kalau kata Pak Bondan, pemilik resto ini “Maknyus”.

Makanan yang kedua adalah sajian penutup panekuk yang disajikan dengan eskrim yang berlumuran coklat dingin.

Pengambilan foto dengan jarak dekat, menyebabkan karakter panekuk dan eskrimnya menggairahkan, waduh, nikmatnya memang tiada tara.

kita bisa foto sajian ini di restoran blueberry pancake di lantai dasar hotel tjipta yang berlokasi di jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Tepatnya di depan jalan Jaksa.

Sajian lainnya adalah eskrim cup yang terdapat di restoran di kawasan kota, Jakarta Utara. Eskrim yang sederhana, namun jika dipadu-padankan dengan latar belakang meja yang berkarakter seperti ini, membuat tampilan eskrim lebih menggairahkan.

Selain makanan, minuman juga mempunyai tampilan yang tidak kalah menarik, seperti ini misalnya.

Saya kira, sajian-sajian kopi yang dibentuk seperti sudah menjadi tren di kalangan penikmat kopi, para barista juga seringkali menampilkan kopi seperti ini.

Saya memotret dari jarak dekat, karena karakter hati pada inti kopi tersebut sangat kuat, sehingga jika dipotret secara dekat, hati yang sangat menonjol pada sajian ini perlu diekspos besar-besar. Kecantikan bentuk hati tersebut, sayang untuk tidak diindahkan.

Karakter yang bisa kita ekspos besar-besar juga bisa kita temukan pada hiasan atau garnis sebuah minuman. Seperti ini misalnya, hiasan daun mint yang diletakan di atas es, menambah sajian minuman itu menjadi lebih segar.

Alasan saya memotret bagian garnis ini sebetulnya tidak hanya karena garnisnya yang menarik, namun gelas tempat penyajiannya kurang menarik. Nah, maksud saya jika kita menemukan situasi yang serupa, dari pada foto kita tidak menarik, carilah salah satu bagian yang paling menarik dari objek foto kita.

Pada situasi yang lain, justru sebuah objek foto akan terlihat lebih berkarakter ketika dipadu-padankan dengan elemen lain.

Seperti pada teh ini, objek justru lebih bagus dilihat ketika saya menambahkan meja yang flat menjadi aksen dari secangkir teh itu sendiri. Dengan penambahan meja itu, tampilan teh menjadi terlihat lebih elegan. Ya paling tidak, menurut saya lah.

Objek lain yang tidak kalah menarik, kadang muncul dari pelengkap sajian kuliner. Seperti objek yang saya foto ini.

sebetulnya, objek ini adalah tempat menyimpan sendok dan garpu, tapi karena bentuknya yang menarik, gatal rasanya tangan saya kalau objek secantik ini tidak saya foto.

Kalau kamu pengen motret juga, kamu bisa kunjungi restoran yang menyajikan pempek terenak di Jakarta, yaitu restoran cawan putih yang berlokasi di jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Dalam tulisan ini, saya memacu kamu untuk tidak malas mengeluarkan kamera saat sedang makan. Cobalah bereksperimen dengan objek makanan, tapi jangan kelamaan ya eksperimennya, nanti malah makanannya dingin dan ga enak disantap, disesuaikan saja. Dan biasanya, beberapa restoran justru akan memberikan penghargaan pada fotografer yang mengunggah sajian kulinernya di media sosial. Lumayan kan, gara-gara motret makanannya, kita dapet makan gratis.

Fotografi dari Kamera HP #4

Tips Mendapatkan Foto Bagus

Seri ke empat, saya mau kasih tips sedikit biar makin semangat motret. Sederhana saja, tips untuk mendapatkan foto yang bagus adalah terus semangat dan jangan pantang menyerah. Saya kira cuma itu kuncinya untuk mendapatkan foto yang bagus dan sesuai dengan keinginan kita. Semangat mencari objek yang bagus dan semangat mengolah objek foto.

Seperti ini misalnya, pertama kita melihat objek foto yang bagus, lalu langkah selanjutnya adalah berupaya untuk membuat objek tersebut menjadi bagus setelah difoto. Cobalah untuk memotret dari segala sisi dan segala setelan fitur kamera.

a.  =>  b.

c. =>  d.

Dari foto yang (a) fotografer mencoba memotret objek secara jauh atau long shot. Tapi setelah dipotret ternyata belum kelihatan sesuai dengan keinginan, maka ia lanjutkan ke angle atau sudut pengambilan gambar yang lain. Ia mencoba memindahkan angle agak ke atas sedikit dan di zoom in atau didekatkan sedikit seperti pada gambar (b). Tapi ternyata masih belum sesuai, gambarnya terlalu datar dan belum keliatan apa yang akan ditonjolkan. Di gambar (c) selanjutnya ia mencoba angle yang lain, tapi masih terlihat berantakan. Akhirnya setelah dicoba-coba, pada gambar (c) fotografer menemukan sudut pengambilan gambar yang sesuai, objek lebih terlihat menonjol dan gambar background atau latar belakangnya terlihat lebih bersih. Asyik untuk dilihat.

Tapi tidak hanya sampai situ saja, fotografer kemudian mengedit sedikit soal warnanya sehingga gambar lebih mempunyai volume, seperti gambar yang di bawah ini.

Selain kerja keras, kamu juga perlu memperkaya wawasan dengan melihat foto-foto yang bagus. Sumbernya bisa dari mana saja, bergantung pada kenyamanan kamu. Kalau kamu lebih senang berselancar di internet, ya silahkan cari foto-foto yang bagus dan berupayalah untuk meniru gambar tersebut. Tapi buat kamu yang senang dengan majalah atau koran, bisa juga cari foto-foto bagus di sana, umumnya untuk majalah bisa cari di majalah yang bertema jalan-jalan atau travel atau majalah dengan tema fashion atau model. Bagi yang suka bermedia sosial juga boleh, banyak ko referensi foto-foto aduhai di beberapa media sosial. kamu bisa lihat di path, instagram atau facebook juga boleh. Saya akan tunjukkan beberapa ya, biar makin semangat motretnya.

Pake instagram aja ya, biar lebih khusus. Di situs media sosial ini kamu bisa langsung follow akunnya, ada beberapa yang hebat. Kalau kamu mau follow instagram saya juga boleh, @pepengtea.

    

Nah, dari gambar di atas, kita bisa simpulkan bahwa objek apapun bisa dibikin cantik, bergantung pada angle dan waktu pengambilan gambarnya.

Pertama, mungkin kita mengeksplor anggota badan kita, biasanya sih yang paling banyak dipotret adalah bagian kaki. Mari kita lihat bagaimana eksekusinya.

ini adalah foto kaki saya yang dipadu-padankan dengan paving block trotoar, di bagian pinggirnya saya gelapkan sedikit sehingga foto ini mempunyai volume. Jadi fotonya lebih terlihat “magis”, apa sih? hehe, ya pokoknya asyik buat dilihat dan dinikmati lah. Paling tidak dinikmati sendiri. hehe..

Foto kaki yang kedua bisa kita akses instagramnya fotografer beken di instagram, namanya Cole Rise, ia adalah seorang pilot yang mempunyai hobbi fotografi. Kalau mau, kamu bisa follow di @colerise. Cole memadu-madankan kakinya dia dengan kaca mata yang merefleksikan gedung yang menjadi latar belakang. Keren ya..

Foto kaki selanjutnya adalah milik selebritis fotografer instagram yang bernama Rob Lutter dengan alamat @roblutter. Kaki yang dia potret berpose melintang seperti kaki milik orang yang sedang duduk. Pada Background-nya dia menunjukkan tempat eksotis untuk travel yang asyik untuk dikunjungi.

Nah, foto kaki yang terakhir adalah foto dari penerima penghargaan national geographic traveler pada tahun 2012. Ia adalah Theron Humphrey, di instagram alamat theron @thiswildidea. Theron memotret kaki dengan latar belakang orang yang mengendarai motor. Foto seperti ini terlihat gampang, padahal perlu teknik tertentu. Ia mengandalkan ketepatan waktu, kapan motor tersebut melintas pas di jembatan tempat ia berdiri.

Selain kaki, kita juga bisa bereksperimen dengan tipuan visual, saya menyebut begitu karena foto milik Pei Ketron yang beralamat @Pketron. Ia memotret tangan yang seolah-olah memegang bangunan yang ada di depannya. Bangunan itu sebetulnya besar, tapi karena dipotret dari jauh sehingga kelihatan kecil. Foto seperti ini saya kira sangat populer di kalangan traveller ya, misalnya orang yang seolah-olah memegang monas.

Masih dari Cole Rise, ia mencoba mengatur tata letak kamera dan talinya dibentuk tanda hati, ditaruh di atas meja atau ubin kayu yang mempunyai tekstur menawan. Kreatif ya, padahal cuma kamera dan ubin saja.

Foto kreatif berikutnya dari Rob Lutter, ia memotret figur orang dari sebuah hand phone, tapi hanya bagian kepala dan badannya saja. Sementara kakinya ia biarkan tak masuk ke hand phone, sehingga objek dalam foto terlihat aneh dan unik.

Memanfaatkan peralatan di sekitar juga bisa dijadikan acuan asyik untuk diikuti. Fotografer Timothy McGurr misalnya, ia memotret suasana sekitar dengan memanfaatkan kaca spion mobil. Walaupun objeknya tidak terlalu jelas, namun karena spion yang dilengkapi cermin unik, sehingga memberikan nuansa tidak biasa pada foto itu. Sederhana, tapi keren.

Bosan dengan foto yang objeknya terang, kita bisa ganti dengan objek yang gelap, di bahasa fotografi, ia diistilahkan siluet. Mari kita simak ketiga foto di bawah ini, milik Pei Ketron, Christoffer Collion (@wisslaren) dan saya.

    

Ketiga foto di atas, menggunakan teknik memotret dengan melawan arah cahaya. Karena melawan cahaya, makanya objek yang kita foto menjadi gelap. Secara sederhana, cahaya background atau latar belakang lebih terang dari pada objek yang kita foto.

Bisa juga kita memanfaatkan teman hewan peliharaan kita, seperti foto miliknya Theron di bawah ini. Dia mengabadikan tingkah kelucuan dari hewan peliharaannya dia.

Nah, keren-keren bukan, dengan peralatan dan ide yang sederhana, kita bisa membuat foto-foto yang enak dilihat.

Fotografi dari Kamera HP #3

Atur Kamera dan Mulai Memotret

Nah, sekarang saya akan ajak kamu untuk mulai memotret. Pertama-tama saya harus pastikan lagi bahwa posisi fitur kamera ada di posisi auto, apapun kameranya. Tapi, untuk titik fokusnya dibiarkan manual. Biasanya kalau pake hp, titik fokusnya mengikuti jari kita atau di posisi touch focus, seperti setingan kamera saya, silahkan diikuti.

Kalau sudah siap, mari kita mulai. Memotret bisa dilakukan di mana saja, tempat apa yang ada dipikiran kamu yang punya objek untuk dipotret. Minimal di tempat yang dekat atau ada di sekitar kamu. Kalau saya akan mulai dari tempat terdekat dulu, saat ini yang ada di dalam pikiran saya, tempat terdekat adalah taman di halaman depan rumah.

Pemotretan taman seperti ini termasuk dalam kategori fotografi luar ruang atau outdoor. Untuk fotografi kategori ini perlu memerhatikan beberapa hal, terutama pencahayaan. Fotografi luar ruang, hampir 90 persen menggunakan sumber cahaya dari matahari.

Cahaya matahari adalah cahaya natural atau alami yang karakternya sulit diatur. Oleh sebab itu, kita perlu memahami kapan waktu yang bagus agar sinar matahari sedang pada posisi bagus dan mendukung pencahayaan fotografi kita.

Khususnya di Indonesia, matahari bergerak relatif stabil. Pagi muncul dari timur, siang ada tepat di atas kita dan sore tenggelam di barat. Nah, karena stabil maka kita bisa mengira-ngira kapan waktu yang baik untuk memotret.

Di dunia fotografi luar ruang, kita mengenal teori golden hour, pengertian sederhananya sih panduan fotografer untuk menentukan waktu baik untuk memotret. Si golden hour itu menyebutkan, bahwa waktu yang baik untuk memotret di Indonesia ada dua waktu, yakni pagi dari pukul 6 pagi hingga 10 pagi, dan waktu sore dari pukul 4 hingga 6. Untuk waktu siang, dari pukul 10 hingga 4 sore karena matahari tengah pada posisi sangat terik, sehingga kurang bagus untuk pencahayaan objek. Katanya sih gitu, tapi saya setuju dengan teori itu.

http://pixsylated.com/blog/syl-arena-daylight-sunlight-cycle-part-1/

Baik, kita kembali pada kegiatan motret kita. Taman depan rumah saya penataannya masih relatif biasa. Oleh sebab itu, kita bisa identifikasi jika taman itu difoto pada posisi long shot, atau di foto pada posisi jarak pandang terjauh, maka hasilnya kurang asyik, seperti yang terlihat di gambar.

Dalam hal ini, kepekaan fotografer melihat objek foto menentukan. Jika secara long shot kurang bagus, maka fotografer harus coba cara lain, memotret dengan jarak dekat misalnya, lihat elemen-elemen yang melengkapi taman secara dekat. O iya, sekadar info, saya melakukan fotografi ini sekitar pukul 5 sore, masih termasuk kategori golden hour ya.

Objek pertama saya adalah bunga, saya kurang tau apa namanya tapi keliatan bagus kalo dari dekat. Bunga sangat mencolok warnanya, sehingga ia sangat mudah terlihat.

Bunga saya coba potret dengan komposisi di pinggir kanan frame, secara teori pemilihan komposisi seperti ini masuk dalam teknik rule of third, tapi kita ga usah berteori deh, bersenang-senang aja dulu. Mengapa saya memilih komposisi seperti itu, karena menurut saya ia bagus kalau dipotret seperti ini.

Dengan jarak dekat, karakter bunga lebih menonjol, ditambah warnanya yang mencolok semakin membuat ia unik. Tapi kalau kamu lebih senang dengan komposisi lain, ya silahkan, tidak ada paksaan, selama membuat hati pas, langsung foto saja.

Dalam menentukan komposisi, kamu jangan ragu-ragu mencoba-coba. Teruslah bereksperimen sehingga mendapatkan gambar sesuai keinginan. Seperti pada gambar kumpulan bunga berikut misalnya. Gambar terbaik dihasilkan dari pemilihan beberapa gambar yang dipotret.

gambar 1:

Kalau masih belum puas, coba angle lain, atau ambil lebih dekat

gambar 2

Masih belum puas, perdekat lagi

gambar 3

Nah sudah agak lumayan kan

Atau kamu bisa gunakan fitur edit di kamera kamu, bisa crop atau mengubah warnanya. Seperti berikut:

gambar 1

Edit sedikit di software sederhana yang terdapat di hp atau media sosial

gambar 2

Hingga jadi seperti ini, lumayan untuk foto kelas hp.

Kepekaan fotografer juga bisa melihat elemen gambar, misalnya garis atau bisa juga perspektif, seperti ini misalnya.

gambar 1

Edit sedikit dengan mengubah warnanya jadi hitam putih.

Nah, saya kira buat sekarang, cukup dulu deh, biar dikit yang penting nempel ilmunya ya. Jangan lupa latihan terus, sampai kamu mendapatkan gambar yang sesuai dengan selera dan keinginan.

Fotografi dari Kamera HP #2

Keistimewaan Kamera HP

Fotografi yang akan kita lakukan melalui sarana telepon genggam atau HP adalah fotografi yang biasanya menggunakan mode otomatis. Semua gambar yang dihasilkan nantinya ya khas dari otomatis.

Mengapa saya memilih mode otomatis? Selain memudahkan, sasaran pertama saya adalah melatih komposisi fotografi atau teknik penyelarasan dari kombinasi komponen fotografi (objek, background dan foreground). Jadi kita tidak perlu berpikir terlalu ribet, mikir soal berapa iso, berapa shutter speed dan berapa diafragma. Kita akan fokus pada komposisi dulu.

Sebelum kita melakukan pemotretan, saya akan tayangkan beberapa foto sebagai pemancing minat, mudah-mudahan tidak mengecewakan.

mtf_nLXKL_1815mtf_dVvKh_211.jpgmtf_dVvKh_191.jpgmtf_BmKGu_155.jpgmtf_BmKGu_152.jpgmtf_BmKGu_354.jpg

Foto-foto tersebut saya ambil menggunakan kamera handphone. Sebelum diunggah, saya edit sedikit menggunakan fitur editing yang tersedia di software media sosial. Jadi tidak ada yang terlalu istimewa untuk mendapatkan gambar yang lumayan cihuy.

Okay, setelah melihat foto-foto pemancing minat, kita lanjutkan ke persiapan sebelum motret. Sederhana saja, cuma mengumpulkan contoh gambar-gambar yang menurut kamu-kamu bagus. Bebas saja, misalnya, foto bangunan saat suasana liburan, foto makanan yang disenangi, foto keluarga yang ceria, foto mobil-mobil keren, foto ikan di kolam atau di akuarium, apapun yang kamu-kamu suka. Contoh foto-foto tadi, download dari internet dan simpan baik-baik di hp kamu.