Mitos Shutter Count pada Kamera SLR

Diskusi soal shutter count (sc) pada kamera SLR, saya kira topik ini heboh di kalangan fotografer yang ingin menggunakan kamera dengan jangka waktu lama, atau fotografer yang sedang mencari unit kamera bekas pakai alias second. Mengapa fotografer perlu mengetahui sc, katanya sc adalah indikator yang menentukan umur pakai sebuah kamera.

Pertama-tama saya akan berangkat dari apa itu sc. Sc atau kalau diartikan dalam bahasa Indoesia adalah fitur yang dapat menghitung secara otomatis pergerakkan shutter (rana) pada kamera SLR kamu. Dengan kata lain, alat ini dapat memberitahu kamu sudah berapa kali kamera itu membuat foto. Kita lihat ilustrasi berikut ini.

nikond410fps
http://petapixel101.rssing.com/chan-8476025/all_p1.html

Apa yang kamu lihat adalah aktivitas kamera ketika membuat foto atau memotret. Saat kamu tekan tombol ranaotomatis akan mengaktifkan mekanik yang ada di dalam kamera, yakni mengangkat cermin dan membuka rana, sehingga cahaya yang dipantulkan oleh objek diteruskan ke dalam film atau sensor kamera, dan akhirnya gambar foto terbentuk. Nah, aktivitas membuka dan menutup rana inilah yang dihitung oleh sc.

Dengan mengetahui jumlah sc, maka kamu akan mengetahui berapa kali rana telah membuka dan menutup, dan sudah berapa foto yang telah dihasilkan oleh kamera tersebut.

Asal usul sc

Dalam sejumlah diskusi, dan fotografer gaek Arbain Rambey sempat menjelaskan bagaimana sc bisa menjadi indikator untuk mengetahui umur sebuah kamera SLR. Jadi, saat era kamera konvensonal dulu atau kamera film atau sering disebut juga kamera analog. Bagian mekanik yang paling rentan pada kamera ini adalah bagian rana. Karena rana adalah bagian yang paling banyak bergerak.

Beberapa perusahaan kamera SLR juga melakukan tes uji kelaikan sebuah kamera dengan melihat daya tahan rana pada kamera tersebut. Berapa kali rana bisa membuka tutup dalam keadaan baik.

Konon katanya, cara melakukan tes ini, sebuah perusahaan memasang 3 hingga 5 kamera dengan merek dan tipe yang sama. kamera-kamera tersebut kemudian dihitung berapa jumlah rata-rata aktivitas rana bisa berfungsi secara baik. Nah, jumlah inilah yang kemudian menjadi indikator umur sebuah kamera. Misalnya kamera Nikon D3 diklaim akan rusak setelah membuat foto dengan jumlah 704,487.6 buah. Hasil tersebut, berdasarkan dari perhitungan sc.

Sc memengaruhi usia kamera SLR?

Nah, ini dia inti dari topik tulisan ini, pertanyaannya adalah apakah benar umur kamera hanya ditentukan oleh jumlah sc? Bagi saya, sc cukup berpengaruh di era kamera konvensional. Karena, di era ini seperti yang sudah disinggung di atas, bagian yang paling rentan adalah rana, maka, kita bisa mengira-ngira umur pakai kamera dari jumlah sc. Tapi, ini pun hanya untuk mengira-ngira saja, sebagai bentuk ilmiah dari pendefinisian kualitas kamera. Karena ternyata banyak juga ditemukan kasus melesetnya perhitungan waktu pemakaian kamera. Banyak sekali fotografer yang mengaku kameranya masih dapat digunakan dengan baik, meskipun jumlah sc sudah jauh melampaui batas yang diklaim perusahaan.

Sekarang, di era digital, menurut saya sc sudah tidak bisa lagi dijadikan satu-satunya rujukan untuk memastikan umur pakai kamera. Kamera SLR digital terlalu banyak mekanik yang tidak kalah rentan dari rana. Misalnya, perangkat elektronik yang terdapat pada kamera tersebut. Berdasarkan ceramah Arbain dalam sebuah seminar fotografi, peralatan elektronik termasuk kamera DSLR mempunyai masa pakai dengan waktu tertentu, yakni sekitar 5 hingga 6 tahun, baik digunakan atau tidak. Meskipun tidak tertulis, menurutnya, hal ini sudah ia buktikan di tempat penyimpanan kamera di kantornya. Jadi ada faktor lain yang bisa menjadi bahan pertimbangan ketika melihat umur masa pakai kamera.

Apa yang harus dilakukan?

Sebetulnya, ya kamu bebas-bebas saja mau menentukan pertimbangan apa ketika memilih kamera terkait soal umur pakai kamera. saya kira sc masih bisa digunakan untuk melihat umur pakai sebuah kamera, terutama bagi fotografer yang mencari kamera-kamera bekas pakai orang lain. Namun selain sc, ada baiknya kalau kamu punya bahan pertimbangan lain, seperti berikut:

  • Membeli dari kawan

Saya kira membeli kamera dari kawan adalah pertimbangan pertama yang paling tepat. Biasanya kawan tak pernah menipu, kalau yang menipu ya berarti bukan kawan. kamu jangan salah mengartikan, hehe

  • Riset harga pasaran

Mencari tahu harga di pasaran dari kamera bekas yang akan dibeli. Jangan sampai kita membeli terlalu mahal dari harga pasaran.

  • Membeli kamera DSLR bekas dengan umur di bawah 5 tahun dari tahun produksi

Seperti yang sudah disinggung di atas, barang elektronik punya batas waktu pakai. Walaupun harga jualnya hanya satu juta, tapi kamera hanya bisa dipakai setahun saja dengan kualitas gambar yang tidak terlalu bagus, tetep sayang kan uangnya.

  • Melihat latar belakang penjual

Ini juga salah satu pertimbangan penting, latar belakang penjual sangat menentukkan kualitas kamera. Membeli kamera dari ibu-ibu yang ga ngerti kamera dengan membeli dari fotografer profesional pasti beda kan.

  • Bertanya mengapa penjual menjual kameranya

Terkadang ini persoalan sepele, tapi ada baiknya ditanyakan juga. Jawaban pengen upgrade kamera dengan jawaban dijual karena butuh uang, ini juga membedakan kualitas kamera.

  • Memastikan riwayat kamera

Ini adalah pertanyaan penting, riwayat kamera ini terkait sudah berapa lama penjual menggunakan kamera, digunakan untuk kegiatan apa saja, kamera ini sudah berapa tangan yang menggunakan dan lain-lain

  • Periksa detil kecacatan kamera

Jangan lupa untuk memeriksa detil kecacatan kamera, misalnya batrenya sudah drop atau belum, goresan-goresan yang ada di badan kamera, lensanya sudah terlihat jamur atau belum.

Nah, semoga bisa membantu kamu bagaimana mempertimbangkan pemilihan kamera, terutama kamera bekas selain dari sc.